FILOSOFI MENGENAI AAS
PERALATAN ABSORPSI ATOM
2.1 Pendahuluan.
Konfigurasi
dasar terdiri dari 5 (lima) system, yaitu system emisi, system
absorpsi, system seleksi, system deteksi, dan system pencatat hasil,
yang masing-masing system mempunyai fungsi yang berbeda.
Antara sistem yang satu dengan yang lainnya terdapat hubungan, sehingga kelima sistem itu merupakan satu kesatuan sebagai komponen peralatan.
2.2 Spektrophotometer Serapan Atom
Peralatan terdiri dari 5 (lima) komponen dasar :
a) Sumber cahaya
Berupa lampu yang memencarkan spektrum dari unsur yang akan dianalisis.
b) Atomizer Unit
Berfungsi sebagai penghasil atom-atom bebas dari unsur yang dianalisis (berasal dari sampel)
c) Monokromator
Berfungsi untuk memisahkan sinar hingga diperoleh panjang gelombang yang monokromatis
d) Detektor
Berfungsi
untuk mengubah sinyal cahaya menjadi sinyal listrik dan seterusnya
sinyal listrik ini oleh sinyal processing system diubah menjadi suatu
bentuk yang mudah dibaca rekorder
e) Rekorder
Berfungsi untuk mencatat hasil, dengan sistem digital ataupun analog
2.2.1. Sumber Cahaya
Sumber
cahaya ini memancarkan garis-garis spectra dari unsur yang hendak
dianalisis. Karena sumber cahaya mempunyai intensitas yang tinggi, maka
dari itu absorpsi atom merupakan teknik analisis yang specific :
Sumber cahaya pada absorpsi atom berupa :
a) Hollow cathode Lamp (HCL)
b) Electrodeless Discharge Lamp (EDL)
a) Hollow cathode Lamp (HCL)
Berupa
tabung, yang didalamnya terdapat katoda dan anoda. Katoda dari lampu
HCl berbentuk silinder berongga, dibuat dari unsur yang sesuai dengan
unsur yang dianalisis, atau logam lain yang permukaannya dilapisi dengan
unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisis, Anodanya terbuat
dari Tungsten atau Nikel, Tabung lampu HCL berisi gas neon atau Argon.
b) Electrodeless Discharge Lamp (EDL)
Bila
dibandingkan dengan HCL, EDL mempunyai energi cahaya keluar yang lebih
tinggi dan mempunyai umur yang lebih panjang. Untuk unsur-unsur
tertentu, penggunaan EDL akan menaikan sensitifitas dan limit deteksi
yang rendah.
2.2.2 Atomizer Unit
Unit ini terdiri dari :
a. Burner
b. Nyala (Flame), dihasilkan dari gas baker (fuel), gas oksidan dan penyulut api (igniter)
c. Nebulizer, untuk mengkabutkan larutan sampel atau larutan standar hingga diperoleh bentuk aerosol
d. Pipa Kapiler, untuk menyedot larutan sampel / larutan standar
Prosedure
dimana atom-atom logam gas dihasilkan dalam nyala (atom-atom
tereksitasi), dapatlah diringkas sebagai berikut. Bila suatu larutan
yang mengandung senyawa yang cocok dari logam yang akan diselidiki itu
dihembus kedalam nyala, terjadilah peristiwa berikut secara cepat :
1) Pengisatan pelarut yang meninggalkan residu padat
2) Penguapan zat padat dengan disosiasi menjadi atom-atom penyusunnya yang mula-mula akan berada dalam keadaan dasar
3) Beberapa
atom dapat tereksitasi oleh energi termal (dari) nyala
ketingkatan-tingkatan energi yang lebih tinggi, dan mencapai kondisi
dalam mana mereka akan memancarkan energi.
Proses-proses ini dipaparkan secara diagram sbb :
M+X- M+X- MX MX
Larutan Kabut Padatan Gas
Disosiasi
M. (gas) M (gas) + X (gas)
(emisi nyala)
2.2.2.1 Burner
(a) Macam-macam burner
Ada 2 macam burner, yaitu :
1). Pre-mix type laminar flow burner
2) Total consumption burner
(1) Pre-mix Type laminar Flow Burner
Burner
ini digunakan untuk flame dari udara-asetilene, Nitrous-asetilen,
udara-hidrogen, Burner ini dibedakan atas burner headnya yaitu panjang
slot 5 cm (digunakan untuk flame Nitrous-asetilen) dan slot 10 cm
(digunakan untuk flame udara-asetilene, Udara-Hidrogen dan
argon-hidrogen) dengan lebar yang sama yaitu 0.5 mm.
Tinggi burner, posisi burner, serta rotation burner memberikan kontribusi dalam membetuk kondisi optimum burner.
(2) Total Consumption Burner
Burner
ini digunakan untuk flame hydrogen-udara, tidak mempunyai atomizer
chamber dan semua larutan sample habis dipompakan dari nebulizer kedalam
flame. Disebut total consumption karena semua larutan sampel habis
terkomsumsikan.
Jenis sampel yang sering dianalisis dengan metode ini adalah :
a) sampel-sampel yang mempunyai viscositas yang sangat tinggi
b) Analisis logam dalam senyawaan organic mempunyai volatilitas tinggi
2.2.2.2 Nyala (flame)
Nyala
flame dihasilkan dari campuran bahan bakar dan gas oksidan yang disulut
dengan korek api (igniter). Umumnya campuran gas bakar dan gas oksidan
yang digunakan pada AAS adalah :
a) Udara-Asetilen
Flame ini dapat digunakan untuk analisis sebanyak kira-kira 35 unsur, dengan temperature 2300 0C
b) Nitrous-Asetilen
Flame ini mempunyai temperature maksimum kira-kira 2900 0C dan digunakan untuk penetapan unsur-unsur yang dapat membentuk oksida refraktori.
c) Udara-Hidrogen
Flame
ini digunakan untuk analisis logam-logam alkali yaitu Cs, Rb, K dan Na
yang temperature rendah dapat menurunkan/mengurang terjadinya gangguan
ionisasi.
d) Argon-Hydrogen
Flame
ini digunakan untuk penetapan As dan Se, karena temperature flamenya
sangat rendah, maka dapat meniadakn gangguan kimia dan gangguan matrik
2.2.2.3 Nebulizer Dan Spray Chamber
Gas
bakar dan gas oksidan dialirkan menuju burner dan tempat masuk inlet
yang berbeda. Gas bakar masuk lewat spray chamber dan gas oksidan masuk
lewat nebulizer. Gas oksidan yang bertekanan mengalir melalui venture
dengan kecepatan alir tinggi (4,5 – 5,5 Liter/menit)
(a) Proses pengkabutan larutan sampel / standar
Yang
dimaksud dengan proses pengkabutan adalah proses pengubahan dari bentuk
larutan menjadi bentuk aerosol (kabut). Karena kecepatan alir gas
oksidan tinggi, menyebabkan tekanan turun, sehingga larutan
sampel/standar terhisap mengalir melalui pipa kapiler dengan kecepatan 4
– 6 liter/menit. Karena bercampur dengan gas oksidan yang bergerak
sangat cepat, maka larutan ini berubah bentuknya menjadi butiran-butiran
cairan. Butiran-butiran cairan ini akan menumbuk disperser yang
dipasang pada ujung spray chamber, sehingga butiran-butiran itu pecah
menghasilkan butiran-butiran yang sangat halus yaitu berpua kabut,
sedang butiran-butiran yang besar akan mengendap dan dibuang melalui
saluran pembuangan yang terdapat dibagian bawah sparay chamber.
Butiran-butiran halus sampel/standar yang homogen masuk kedalam nyala
dan diubah menjadi atom-atom bebas.
2.2.3 Monokhromator
Monokhromator
adalah suatu alat optic, digunakan untuk memisahkan panjang gelombang
yang diinginkan yang berasal dari sumber cahaya. Dengan monokromator
akan dihasilkan satu spectrum cahaya lampu HCL.
Monokromator terdiri dari :
a. Celah (Slit)
b. Lensa / Cermin
c. Elemen pendispersi, yang berupa prisma atau kisi difraksi.
2.2.4 Detektor
Detektor
adalah suatu sistem yang fungsinya untuk mengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan oleh atom-atom sampel Detektor mengubah sinyal
cahaya yang ditransmisikan menjadi sinyal listrik, yang selanjutnya
diperbesar oleh amplifier dan kemudian dikirim ke rekorder untuk dicatat
hasilnya
2.2.5 Rekorder
Rekorder
adalah alat pencatat hasil. Alat ini dapat berupa manual atau digital.
Umumnya AAS sekarang yang banyak digunakan dilengkapi dengan integrator
yaitu alat penghitung dan juga printer yaitu alat perekam hasil.
2.3 Prosedur Kerja Peralatan AAS
Sebelum analisis
logam dengan AAS dilakukan, terlebih dahulu pengaturan kondisi operasi
alat sehingga diperoleh kondisi analisis yang optimum.
Secara garis besar langkah-langkah kerka berikut dibawah ini
A. Pemeriksaan Instrumen dan perlengkapannya
1) Periksa dan pastikan drain pot terisi air destilat.
2) Periksa dan pastikan koneksi antara tiap-tiap unit instrumen ( Unit utama AAS, PC dan Printer ) terhubung dengan benar .
3) Periksa
apakah pembakar ( burner ) sudah terpasang sesuai dengan Standar
Pemakaian Burner untuk Analisis dengan AAS Hitachi Z-5000. Bila burner
belum terpasang, lakukan pemasangan salah satu burner tersebut sesuai dengan Prosedur pemasangan burner pada Manual Maintenance of AAS Hitachi Z-5000.
4) Pastikan pipa gas, pipa air pendingin yang terhubung ke unit utama AAS terhubung dalam keadaan baik dan aman.
5) Periksa dan pastikan banyaknya gas di tabung gas ( terukur sebagai tekanan ) yang akan digunakan sudah mencukupi .
6) Periksa dan pastikan kertas pencetak sudah tersedia pada Printer.
B. Persiapan Operasi
1. Pemasangan Lampu Katoda:
Buka pintu penutup ( Cover ) ruang lampu katoda dan pasang lampu pada dudukan ( Socket ) sesuai dengan pemakaian yang diinginkan.
1) Siapkan gas bahan bakar ( fuel ) dan gas pembakar ( oxydant ) yang akan digunakan sesuai dengan Standard Pemakaian Gas Bahan Bakar dan Oksidan terhadap Elemen Analisis dengan AAS Hitachi Z-5000.
2) Alirkan gas bahan bakar dan gas pembakar dengan
membuka kran regulator primer di ruang tabung gas . Jika gas pembakar
yang digunakan adalah udara dari Kompresor, hidupkan Power
Compressor-nya.
3. Set tekanan gas pada regulator sekunder sebagai berikut :
Jenis Gas
|
Tekanan Regulator sekunder
|
Asetilen ( C2H2 )
|
90 kPa ( ± 0.9 kgf / cm2 )
|
Hidrogen ( H2 )
|
100 kPa ( ± 1.0 kgf / cm2 )
|
Dinitrogen Oksida ( N2O )
|
|
Argon Ar
|
|
Udara
|
500 kPa ( ± 5.1 kPa / cm2 )
|
4. Hidupkan sistem pengisap gas buangan ( Exhausting Duct )
C. Mengaktifkan Instrumen
Power Instrumen diaktifkan dengan langkah kerja sebagai berikut :
1) Hidupkan Power Switch dari unit utama AAS dan biarkan selama 25 detik.
2) Hidupkan ( On-kan ) unit PC dan Printer. Monitor PC akan menampilkan beberapa icon program.
D. Mengaktifkan Perangkat Lunak ( Software )
1. Memulai Aplikasi AAS
1) Klik dua kali icon “ AA Spectrophotometer “ pada layar monitor.
2) Pastikan aplikasi AAS sudah dimulai dengan munculnya tampilan monitor aplikasi AAS Spectrophotometer .
2. Pastikan Status Aplikasi AAS sudah On-line ke unit utama AAS dengan melihat apakah layar monitor memperlihatkan tombol toolbox On-line pada bagian kiri bawah monitor. Apabila tombol toolbox tersebut masih ada, klik tombol tersebut untuk meng-Online-kan .
3. Perangkat lunak siap digunakan untuk mengontrol proses pengukuran ( analisis ).
TEKNIK ANALISIS
3.1 Teknik Pembentukan Uap
Teknik
pembentukan uap (vapor generation) merupakan salah satu teknik didalam
AAS, yaitu untuk unsur-unsur yang kurang memberikan sensitivitas, yang
tidak dapat dicapai dengan menggunakan flame atomisasi,
Jadi teknik ini bertujuan untuk memperbesar sensitivitas.
Ada 2 macam teknik pembentukan uap, yaitu :
a. Pembentukan uap Hidrida
b. Pembentukan uap Merkuri
3.1.1 Pembentukan uap hidrida
Teknik analisis dengan sistem pembentukan uap hidrida, digunakan untuk analisis unsur-unsur : As, Se, Bi, Ge, Sb, Te dan Hg.
Sejumlah
unsur-unsur seperti disebutkan itu, diubah menjadi uap hydrida (senyawa
hidrida yang volatile) yaitu dengan menambahkan larutan Natrium
Borohydrat (NaBH4) dalam suasana asam. Atau dapat pula digunakan logam Zn dengan asam sulfat.
Sampel akan bereaksi dengan hydrogen membentuk gas Hydrida pada Reaction Coil, gas hydrida yang terbentuk akan dibawa oleh gas argon ke AAS untuk atomisasi atom-atom oleh energi panas dengan temperatur 1000 0C,
setelah atomisasi element tersebut akan diukur nilainya secara
kuantitatif dengan metode spectrofotometer. Uap hydrida ini sangat
volatil (mudah menguap), mudah terbakar dan beracun.
Diagram alir untuk alat tersebut adalah sebagai berikut :
Atomic Absorption
HFS-3 Spectropotometer
Pompa Reaction Coil
Separator Flowdrain
Pressure Switch Pressure regulator Flow Control Valve
Reaksi :
a) Reduksi dengan NaBH4
6BH4- + As+++ -----------> 3BH2H6 + AsH3
Diboran
B2H6 + 6H2O -------------> 2H3BO3 + 6H2
2AsH3 + Panas -------------> 2As + 3H2
3.1.2 Pembentukan uap Merkuri
Alat
instrument ini berfungsi khusus untuk menganalisa Raksa (Hg) Baik
sampel yang berupa padatan, cairan, serta gas yang terkandung pada
material.
Prinsip kerja dari alat ini yaitu adanya penambahan pereaksi seperti H2SO4 dan HNO3 untuk menghilangkan adanya ion-ion penganggu lalu sampel direduksi dengan pengoksidasi KmnO4
dalam suasana asam, setelah sampel mengalami reduksi ion-ion
permanganat yang tinggal dihilangkan dengan menambahkan ammonium
peroksodisulfat lalu sampel ditambah dengan SnCl2 untuk
melepaskan gas Hg, gas Hg yang lepas dari sampel didorong oleh pompa ke
alat AAS Z-5000 untuk diukur secara kuantitatif nilai logam Hg yang
terkandung didalam sampel.
Dikenal ada 2 sistem sel gas, yaitu sistem terbuka (ujung terbuka) dan sistem tertutup (sirkulasi).
Pada
sistem ujung terbuka, setelah pengukuran selesai, uap merkuri dibuang
ke udara bebas. Sedang pada sistem sirkulasi, pengukuran dapat dilakukan
berulang-ulang kali sampai diperoleh pengukuran maksimum, baru kemudian
uap dibuang.
Pada sistem terbuka umumnya kurang sensitif dan akurasinya dipengaruhi oleh aliran udara dan faktor pengenceran udara.
3.1.3 Interferensi-interferensi pada photometry serapan atom disebabkan oleh :
1. Tumpang tindih resonansi garis penyerapan dari objek unsur dan unsur yang ada
2. penyerapan molekular
3. pemendaran cahaya
4. sinar emisi dari atomizer
5. tidak tercukupinya resolusi di monokromator
Pengaruh
b dan c dihasilkan dari asap atau uap molekuler dari keberadaan zat
yang terbentuk bersama dengan penguapan atom dari objek unsur. Yang
disebut background absorption. Gangguan ini terjadi etika analisa secara
langsung larutan sampel yang mengandung zat-zat organik, seperti garam
dan asam.
Untuk item d terjadi secara nyata dengan pembakar nitous oxide-asetilen.
Untuk
item a terjadi karna adanya garis resonansi yang bertumpang tindih
antara unsur yang dianalisa dengan unsur lain pada larutan tersebut atau
tidak dapat dipisahkannya dengan monokromator garis resonansi tersebut.
PREPARASI SAMPEL
4.1 Persiapan sampel
Analisis dengan AAS dapat dilakukan terhadap sampel-sampel yang berupa padatan, cairan dan gas.
Sebelum
melakukan pengukuran, diperlukan terhadap larutan sampel maupun larutan
standar, disebut : Penyiapan/Preparasi sampel, misalnya absorpsi,
palarutan, dekomposisi (peleburan, pengabuan, ekstraksi), pemekatan,
pengenceran
a) Sampel yang berupa gas
Pada
umumnya sampel yang berupa gas, diperlukan dengan cara diabsorp dengan
menggunakan absorbents. Absorbents yang digunakan tergantung dari macam
gas yang hendak dianalisis, sehingga logam yang terkandung didalamnya
terabsorpsi.
b) Sampel yang berupa padatan
Sampel
yang berupa padatan diperlakukan dengan cara dekomposisi (peleburan,
pengabuan, ekstraksi), baru kemudian dilarutkan dengan aquades untuk
diubah menjadi larutan. Bila larutan yang didapat mempunyai konsentrasi
diatas daerah working range, maka perlu pengenceran dan bila sangat
encer maka perlu pemekatan sehingga diperoleh larutan yang siap
diaspirasikan pada AAS.
Didalam
melarutkan, pelarut yang digunakan dapat berupa pelarut air (disebut
larutan non aquatik) dan pelarut bukan air (disebut larutan non aquatik)
yaitu berupa pelarut organik.
c) Sampel yang berupa cairan
Sampel yang berupa cairan dapat langsung diaspirasikan. Bila viskus diencerkan, sedang yang encer dilakukan pemekatan.
Khusus
untuk sampel produk minyak bumi, sampel dilarutkan dengan pelarut
organik (yaitu white spirit atau MIBK) sehingga diperoleh larutan non
viskus, yang mempunyai kecepatan alir 3 – 5 mL/menit.
GAMBAR : Sistem teknik preparasi sampel
4.2 Perlakuan terhadap sampel
Untuk memperoleh hasil pengukuran yang akurat, hendaknya harus diperhatikan hal-hal tersebut dibawah ini :
1. Sampel yang berupa padatan dilarutkan sampai melarut sempurna
a. Logam-logam
alkali dilarutkan dalam asam, membentuk larutan logam alkali yang
aquatik, larutan ini dapat diperiksa dengan AAS selama kandungan total
dissolved solid tidak lebih dari 2 %
b.
Bila logam-logam dalam sampel mempunyai konsentrasi tinggi, harus
dilakukan pengenceran, sampai kira-kira konsentrasinya berada dalam
daerah kerja dari peralatan. Pengenceran hanya diperbolehkan sampai 20
kali
2.
Untuk unsur-unsur kelumit (trace elements), sampel tidak boleh
diencerkan. Disamping itu peralatan harus benar-benar bersih, demikian
pula dalam pembuatan kurva kalibrasi.
3.
Unsur-unsur As, Se dan Hg yang mempunyai sifat mudah menguap pada
pengabuan (ashing), maka perlakuan terhadap sampel tidak boleh diabukan.
4. Untuk memperoleh pengenceran larutan sampel atau larutan standar kalibrasi yang akurat, gunakan pipet gondok (bulb pipet) dan labu takar (Volumetric flask) yang terkalibrasi dengan teliti, yaitu grade A (minimalnya dengan grade B)
5. Gunakan reagensia yang mempunyai tingkat kemurnian tinggi, yaitu grade Proanalysis (PA), Analytical reagent (AR) atau analar.
6. Viskositas larutan sampel dan larutan standar kalibrasi seharusnya sama. Khususnya untuk lubricating oils dan serum
7.
Matriks dari sampel mempunyai efek terhadap absorbans, efek ini dapat
dihilangkan dengan menggunakan background correction, penyangga ionisasi
dan reagen pembebas atau dengan menggunakan nyala api N2O-asetilen.
4.3 Metoda-metoda persiapan sampel
(1) Besi dan Baja
(a) Penguraian dengan menggunakan Asam klorida-Asam nitrat
(b) Penguraian dengan campuran asam (asam posfat dan asam sulfat)
(2) Alloy Tembaga
(a) Penguraian dengan asam nitrat-asam hydrofluoride-asam sulfat
(b) Penguraian dengan asam nitrat
(c) Penguraian dengan campuran asam (asam nitrat dan asam klorida)
(d) Penguraian dengan campuran asam bromide dan asam nirat-bromine
(3) Alloy Nikel
(a) Penguraian dengan asam nitrat
(4) Alloy Aluminium
(a) Penguraian dengan asam klorida-asam peroksida
(b) Penguraian dengan campuran asam (asam nitrat, asam klorida dan asam sulfat)
(5) Alloy Timbal/Timah hitam
(a) Penguraian dengan asam nitrat
(b) Penguraian dengan campuran asam (asam klorida dan asam nitrat)
(6) Minyak pelumas dan Minyak berat
(a) Dilarutkan dengan pelarut organic (untuk pengukuran langsung)
(b) Dry ashing (metode pengabuan)
(7) Air Boiler dan Air minum
(a) Pengukuran langsung dengan asam lemah
(b) Ekstraksi dengan pelarut
Kebanyakan
logam misalnya Fe, Mn, Ni, Cu, Pb dan lain-lain dapat membentuk senyawa
kompleks yang stabil bila direaksikan dengan ammonium pirolidina
dithiokarbamat (APDC) pada pH tertentu. Senyawa kompleks ini dapat larut
dalam solven organic, misalnya MIBK. Kedalam larutan sampel yang
diperoleh ditambahkan sejumlah air dan larutan buffer, volumenya
dijadikan 100 mL, kemudian diekstrak. Untuk penetapan unsur-unsur
kelumit (trace elements), hasil ekstraksi dipekatkan dengan penguapan
sehingga volumenya tinggal 20 mL
(8) Air Laut dan Air limbah
(a) Ekstraksi dengan pelarut atau pengukuran langsung
(9) Batu dan Hasil pertambangan
(a) Penguraian dengan asam nitrat-asam hydrofluoride
(b) Penguraian dengan asam hydrofluoride-asam sulfat
(c) Penguraian dengan menggunakan Asam klorida-Asam nitrat
(d) Penguraian dengan menggunakan Asam sulfat-Asam nitrat
(e) Peleburan dengan karbonat
(f) Peleburan dengan carbonat-asam borit
(10) Tumbuh-tumbuhan, Makanan ternak, Makanan manusia
(a) Dry Ashing (Pengabuan kering)
Sampel diuapkan atau dioksidasikan pada 450 – 500 0C yang residunya berupa senyawa anorganik dapat dilarutkan dengan HCl atau HNO3. Cara ini tidak dapat dipergunakan untuk penetapan unsur-unsur nyang mudah menguap pada pengabuan, misalnya As, Se dan Hg
(b) Wet Ashing (Pengabuan basah)
Metoda
ini digunakan untuk penetapan unsur-unsur yang mudah menguap yang
hilang pada pengabuan kering. Sampel didegasi pada tabung kjeldahl
dengan dicampur HNO3/H2SO4 atau H2SO4/HCl. Unsur-unsur yang mudah menguap akan tinggal dengan cara tersebut.
(11) Larutan liquid aquatik
(a)
Untuk larutan akuatik yang mengandung total dissolved solid yang
relatif rendah (yaitu kurang dari 2 %), biasanya diencerkan sehingga
konsentrasi unsur yang ditetapkan terletak dalam daerah kerja peralatan
(b) Pengenceran sampel yang viskous dapat menyebabkan terjadinya penurunan viskositas dan juga dapat terjadi efek matriks sampel
(c) Untuk larutan yang mengandung banyak insoluble matter, sebelum dianalisis dilakukan penyaringan
(d)
Kadang-kadang dilakukan penambahan reagen pembebas atau penyangga
ionisasi, misalnya untuk penetapan kalsium atau magnesium yang
mengandung fospat. Penambahan La++ akan menghilangkan interferensi Ca++
(e) Untuk penetapan kebanyakan unsur-unsur yang mempunyai konsentrasi rendah, perlu ditambahkan ion K+ atau Na+ untuk
menahan jangan sampai unsur yang ditetapkan mengion. Bila larutan encer
ini hendak disimpan lebih dari satu hari, perlu ditambahkan 1 ml HCl
pekat atau HNO3 pekar per 100 mL, sehingga tidak terbentuk endapan hidroksida pada pH larutan netral pH = 7
(12) Liquid non akuatik
Misalnya
minyak pelumas dan minyak bakar yaitu liquid yang mempunyai viskositas
tinggi. Bila hendak dianalisis dengan AAS, sample tersebut diencerkan
dengan solven organic yang sesuai, missal white spirit atau MIBK (metal
isobutyl keton)
PROSEDUR ANALISIS
5.1 Pendahuluan
Analisis
dengan metode AAS digunakan untuk penetapan unsur-unsur logam dan semi
logam. Jenis penetapan disesuaikan dengan maksud dan tujuannya. Misalnya
penetapan Arsenikum dalam nafta, dimaksudkan untuk mengetahui besarnya
konsentrasi As, karena As bersifat racun terhadap katalis.
Prosedur
analisis AAS, tidak hanya satu prosedur yang dipakai dalam suatu
penetapan, sehingga analis dapat memilihnya. Pemilihan disesuaikna
dengan kemampuan peralatan, tersedianya bahan kimia, jenis sampel yang
dianalisis serta jumlahnya, dan waktu/lamanya analisis. Hal itu perlu
diperhatikan, karena menyangkut keakurasian dalam pengukuran.
5.2 Pelumas baru
Penggunaan
aditif akan meningkatkan sifat pelumas. Aditif mengandung
komponen-komponen logam, misalnya Barium (Ba), Kalsium (Ca), Seng (Zn)
dan magnesium (Mg). Konsentrasi masing-masing itu umumnya berkisar
antara :
Ba : 0.05 - 1.0 % wt Mg : 0.02 - 2.5 % wt
Ca : 0.02 - 2.5 % wt Zn : 0.04 - 0.2 % wt
Beberapa
kesulitan terdapat pada penetapan Ca, Mg dan Ba bila mengandung fosfat,
sehingga untuk menanggulanginya digunakan nyala api, N2O -
Asetilen. Perlu diingat, bahwa dengan menggunakan nyala api temperatur
tinggi dapat menyebabkan terjadinya interferensi ionisasi dan untuk
menanggulanginya ditambahkan bahan kimia sebagai pencegah ionization
(ionization buffer) yaitu natrium, kalium atau lanthanum cyclohexsane
atau larutan standar dengan konsentrasi 1000 – 2000 mg/Liter atau
kira-kira 0.3% dari volume larutan yang diaspirasikan.
Solven
yang paling cocok digunakan adalah white spirit, Xylene atau MIBK dan
sebagai larutan standar seperti tertera sebelumnya. Salah satu yang
penting adalah drain tube (tempat buangan cairan butiran kasar) harus
diisi dengan solven yang sama dengan digunakan untuk pengencer/pelarut
sampel,
Prosedur
Sampel
dan standar diencerkan dengan white spirit, Xylene atau MIBK (pilih
salah satu). Tambahkan K, Na atau La (sebagai cyclohexane butyrate)
Preparasi Sampel
1. Aduk/kocok sampel yang akan dianalisis selama 5 menit. Pengadukan dapat menggunakan magnetic stirrer atau mechanical agitate.
2. Timbang
sejumlah sampel, masukan kedalam labu takar ukuran 100 mL dan tambahkan
sejumlah K, Na atau La (sebagai cyclohexane butyrate) sedemikian rupa
sehingga dalam sejumlah volume sampel itu mengandung 3%
3. Encerkan
dengan xylene, white spirit atau MIBK (pilih salah satu). Apabila
sampel yang dianalisis hanya mengandung Zn dan kandungan Zn rendah, maka
0.1 g sampel diencerkan menjadi 25 mL
4. Aspirasikan ke AAS
Catatan
1. Larutkan
K, Na atau La (sebagai cyclohexane butyrate) 1% w/v dibuat dengan
melarutkan 5,3 g K, Na atau La (cyclohexane butyrate) dan 10 mL
2-ethylhexanoic dalam 30 mL xylem, white spirit atau MIBK. Panaskan
pelan-pelan dan encerkan sampai volumenya menjadi 100 mL
2. Standar
dibuat dengan menggunakan organometralik. Standar dan blanko diencerkan
dengan pelarut yang sama dengan pelarut yang digunakan untuk sampel.
3. Untuk penetapan Ca dan Ba, maka sampel, standar dan blanko dibuat mengandung 0.3 % K, Na atau La (Cyclohexane butyrate).
5.3 Pelumas bekas (Used Oil)
Analisis
ausan logam dari pelumas bekas terdapat sedikit kesulitan karena
mengandung partikel-partikel logam yang halus, suspensi koloida atau
garam-garam logam.
Terdapat
kesulitan sampling karena partikel-partikel itu mengendap. Untuk itu
sebelum dilakukan analisis terlebih dahulu dikocok/diaduk agar diperoleh
sampel yang homogen. Disarankan agar menggunakan solven yang terdiri
dari campuran 10% Isipropanol dan 90% white spirit dan pelarutan
sebanyak 5 kali.
- Ausan logam berupa Pb, Sn, Sb, Fe, Cr, Cu, Al, Mg dan Ag
- Bila
sampel pelumas bekas berwarna gelap, maka tidak diperbolehkan cara
pelarutan langsung dengan pelarut organic, karena sebagian besar
suspensi partikel-partikel logam dalam nyala api tidak teratomisasi,
sehingga menyebabkan kesalahan deteksi.
Analisis dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
(a). Dry Ashing
(b). Wet Ashing
Pada
dry ashing cenderung memakan waktu yang lama dan perlu dicegah jangan
sampai terjadi penguapan awal (premature volatisation) dari unsure yang
hendak ditetapkan.
Prosedur
1. Dry Ashing
- Ditimbang sejumlah pelumas bekas sebanyak 10 – 20 g, masukan kedalam krusibel (boleh platina, silica atau porselin)
- Bakar sampel itu dengan hati-hati
- Residu yang terbentuk dipanaskan dalam muffle furnace pada 550 – 600 0C sehingga semua karbon teroksidasi sempurna.
- Residu
logam yang ditinggal dapat dilarutkan dengan beberapa tetes HCl pekat
atau aqua regia dan kemudian diencerkan dengan aquades sampai volume
tertentu
2. Wet Ashing
- Ditimbang pelumas bekas sebanyak 1 – 2 g, masukan kedalam gelas beker ukuran 250 mL
- Tambahkan 40 mL HClO4,
panaskan pelan-pelan pada temperature rendah kemudian dipanakan
kuat-kuat dan dijaga jangan samapi terjadi percikan. Larutan akan
menjadi tidak berwarna dan pemanasan diteruskan sampai didapatkan volume
5 mL
- Dinginkan dan kemudian diencerkan dengan akuades sampai volumenya tepat menjadi 50 mL
- Sampel diukur terhadap larutan akuatik yang mengandung HClO4 10 % w/v.